Minggu, 19 Juni 2011

PENDIDIKAN

OPINI: Terapkan Penilaian Kejujuran di Sekolah

Anies Baswedan

Rektor Universitas Paramadina

Pemerintah perlu menerapkan penilaian kejujuran di sekolah-sekolah. Sekolah yang tingkat kejujurannya tinggi mendapat insentif sedang yang tingkat kejujurannya masih rendah didorong untuk memperbaiki diri.

Menurut Anies, di sela-sela acara pemberian apresiasi untuk Ibu Siami oleh Koalisi Masyarakat Pendukung Kejujuran di gedung MK, dua hari lalu, saat ini yang jujur tidak lulus, sementara yang tidak jujur malah lulus, artinya sistem memberikan insentif kepada yang tidak jujur dan disintensif kepada yang jujur.

Ujian masih diperlukan oleh sekolah, tetapi mekanisme pengukuran perlu diperbaiki. Pengukuran penting untuk mengetahui kinerja sekolah, tapi masalahnya pengukuran itu hanya ditujukan untuk anak dan hanya menjadi tanggung jawab anak. Seharusnya guru atau sekolah juga dinilai dan tanggung jawab diberikan pula kepada guru, sekolah hingga dinas pendidikan. Bahwa sistem pendidikan saat ini hanya menilai hasil dan bukan proses.

Dalam sistem pendidikan, yang terpenting seharusnya bukan nilai akhir, melainkan proses pendidikan itu sendiri, termasuk juga kejujuran yang sesungguhnya tidak bisa diajarkan, tapi dicontohnya mulai dari rumah masing-masing.

Selain para tokoh, dalam acara tersebut hadir pula Handaru Wijatmiko, orang tua murid yang juga mengalami diskriminasi karena melaporkan kecurangan di tempat anaknya bersekolah, satu sekolah percontohan di Jakarta.

“Anak saya dikirimi surat yang melarangnya untuk mengikuti ujian nasional karena saya melaporkan kecurangan yang terjadi di sekolahnya," kata ayah Arya Bismark Adhie itu.

Akibatnya, Arya harus pindah sekolah dan hubungan dengan teman-temannya pun menjadi renggang. Handaru mengaku ada empat orang tua lain dari sekolah yang sama dengan Arya dan mengalami nasib serupa. Mereka terpaksa memindahkan anak-anaknya ke sekolah lain.

Bentuk kelanjutan dari acara apresiasi itu, menurut Bambang Harymurti, sebagai salah satu penggagasnya adalah penggalangan dukungan di media sosial dan di kota-kota lain. Kami juga mengumpulkan uang untuk Ibu Siami untuk pendidikan anaknya atau bila ia dan keluarga membutuhkan rumah, ujar Bambang Harymurti yang juga direktur utama PT Tempo Inti Media.

Dalam acara tersebut, Siami memang tidak hadir karena telah kembali ke Surabaya. Panitia merencanakan untuk melakukan telekonferensi dengan Siami.

Kasus kecurangan sendiri mulai mencuat setelah Siami yang mengetahui anaknya diminta oleh seorang guru SDN Gadel II memberikan contekan kepada teman-temannya pada UN. Siami melaporkan kepada kepala sekolah, karena tidak direspons ia melaporkan kepada Dinas Pendidikan setempat dan media.

Siami dan keluarga juga mengungsi dari rumah karena sejumlah warga dan wali murid sekolah itu menganggap dia mencoreng nama baik sekolah. n

sumber berita: Lampost (19 Juni 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar