PENELITIAN: ‘Video Game’ dan Internet Ganggu Konsentrasi Anak
Penelitian terbaru menemukan anak-anak yang gemar berkutat dengan video game, internet, dan telepon seluler pada malam hari saat mereka seharusnya sudah beranjak tidur cenderung mengalami gangguan konsentrasi belajar dan depresi.
Penelitian dilakukan Pusat Kelainan Tidur di JFK Medical Center, Edison, AS, terhadap 40 anak laki-laki dan perempuan berusia rata-rata 14 tahun. Hasilnya, anak-anak yang menggunakan jam tidur mereka untuk ber-SMS ria, bermain komputer, ataupun benda-benda elektronik lainnya mengalami kelainan tidur serius.
"Tidak seperti membaca ataupun mendengarkan musik, aktivitas yang menggunakan peralatan elektronik ini tidak memicu rasa kantuk. Justru merangsang otak untuk bekerja dan akhirnya mengganggu siklus tidur normal anak," kata ketua peneliti, Dr Peter G. Polos.
Berdasarkan penelitian itu, juga ditemukan rata-rata partisipan yang berkirim pesan singkat kepada teman mereka sebelum tidur terbangun minimal satu kali setiap malam karena bunyi pesan masuk.
Para peneliti menemukan adanya hubungan erat antara perilaku penggunaan media elektronik pada malam hari dan kelainan belajar, seperti hiperaktif, mood yang berubah-ubah, gugup, depresi, dan penurunan kemampuan berpikir pada anak keesokan harinya.
"Kebanyakan orang tua berpikir aktivitas anak mereka pada malam hari itu adalah hal yang wajar di era modern ini. Padahal orang tua seharusnya tetap mengawasi penggunaan media elektronik di malam hari," ujar Polos.
Sementara itu, berdasarkan penelitian, balita masa kini banyak menghabiskan waktu di depan televisi rata-rata 5 jam per hari. Padahal, durasi yang direkomendasikan American Academy of Pediatrics (AAP) hanya 1—2 jam.
Kondisi itu sangat memprihatinkan bagi perkembangan anak karena menurut penelitian sebelumnya, ada hubungan erat antara durasi balita duduk di depan televisi dan efek buruk seperti penggunaan bahasa yang buruk, obesitas, perilaku agresif, hingga performa akademis yang buruk.
Penelitian yang dipimpin Dr. Pooja Tandon dari Institut penelitian Anak Seattle dari Universitas Washington itu mengambil sampel hampir 9.000 balita di AS. Tandon kemudian meneliti mereka dengan menggunakan Early Childhood Longitudinal Study-Birth Cohort (ECLS-B). Hasilnya sekitar 70% anak berada di depan televisi selama 4,1 jam per hari.
Mereka yang dirawat sepenuhnya di rumah, tidak dititipkan ke penitipan anak, terpapar tayangan televisi selama 4,4 jam per hari. Adapun mereka yang dititipkan menunjukkan angka lebih tinggi, 5,5 jam per hari.
Tandon memahami sulitnya mengusir televisi atau video game dari kehidupan anak. Karena itu, ia merekomendasikan untuk mengakalinya dengan acara yang berkualitas. "Untuk anak di atas usia dua tahun, saya pikir program yang mengajarkan angka, huruf, bahasa lain, dan yang mempunyai pesan positif seperti berbagi dan menghargai perbedaan bisa ditonton," kata Tandon. Ia pun menyebutkan acara semacam Dora the Explorer dan Sesame Street sebagai contoh. (S-1)
JAKARTA (Lampost/MI):sumber berita, 5 Nopember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar