Jalan Basuki Rahmat 23 Telp. (0721)-488843 Bandar Lampung
This blog consists of:
information, education, health, technology, sports, general articles etc.
information, education, health, technology, sports, general articles etc.
Selasa, 20 Januari 2009
Standar UN bagi warga miskin dan bodoh
Kebijakan pemerintah menaikkan standar kelulusan dalam ujian nasional (UN) mengorbankan masyarakat miskin dan bodoh.
Standar kelulusan UN dinaikkan rata-rata minimal 5,25 menjadi 5,50 untuk semua pelajaran yang diujikan. Keputusan ini tertuang dalam Permendiknas No. 77/2008 (SMA/MA/SMK) dan No. 78/2008 (SMP/MTs.) tanggal 11 Desember 2008.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, keputusan ini pun menuai kontroversi. "Untuk sekolah bagus, nilai segitu (rata-rata 5,5) mudah. Tapi untuk sekolah pinggiran, nilai segitu susah," jelas pengamat pendidikan Darmaningtyas kepada detikcom, Senin (19-1).
Pemerintah, kata dia, demikian keukeuh terhadap kebijakan ini karena perbedaan paradigma. Pemerintah meyakini mutu pendidikan dapat diukur melalui ujian. Sementara mereka yang menolak menilai ujian hanya mengukur satu aspek, kognitif. Aspek afektif dan psikomotoriknya tidak.
Darmaningtyas justru mengkhawatirkan tingkat kebocoran dan kecurangan yang akan semakin tinggi bila standar kelulusan dinaikkan, yang ironisnya justru sering dilakukan oleh oknum tenaga pendidik. "Dari beberapa kali penyelenggaraan, semakin besar tingkat kebohongan untuk membantu siswa," urai pria kelahiran Gunungkidul, Yogyakarta, ini.
Masalahnya, menurut dia, orang tidak ingin dikatakan gagal. Kepala Dinas Pendidikan, kepala sekolah, dan guru tidak mau dibilang gagal. "Ini masalah harga diri," pungkas penulis buku Pendidikan yang Memiskinkan itu.
Lebih Baik Stres
Menanggapi banyaknya kritik yang menganggap target nilai UN terlalu tinggi bisa menyebabkan murid stres, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan itu cara berpikir yang kurang maju.
Menurut dia, lebih baik seribu murid stres daripada sejuta murid bodoh. "Orang banyak mengatakan ini bikin stres. Saya bilang lebih baik ada seribu anak stres daripada sejuta anak bodoh. Karena dengan target nilai yang tinggi, kita yakin anak itu akan belajar dengan baik," ujar Wapres, beberapa waktu lalu.
Menurut JK, dengan menetapkan target yang tinggi, anak belajar sampai malam. "Istigasah kalau mau UN, pake menangis-menangis, itu bagus sekali. Artinya, ada rasa malu kalau tidak lulus. Karena itu ada dorongan untuk belajar. Semua kritikan harus kita jalani untuk bangsa ini," jelasnya.
Jusuf Kalla menuturkan murid harusnya diajarkan apa yang seharusnya dia tahu sehingga bisa lulus UN. "Kalau zaman dulu, yang menguji sekolah seenaknya saja. Mengujikan apa yang sudah diketahui oleh murid itu. Kalau tidak lulus, ditambah dan didongkrak nilainya sehingga semuanya lulus. Kalau semua lulus, anak jadi malas belajar," keluh JK. n N-2
Sumber berita: JAKARTA (Lampost/Dtc):
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar